WARGA PERBATASAN SEBATIK, TAK LANCAR BERBAHASA
INDONESIA
Sebatik, Nunukan
Hampir seluruh warga di sepanjang perbatasan Pulau Sebatik,
Kalimantan utara (Indonesia) dan Sabah (Malaysia) memiliki permasalahan tidak
lancar menggunakan bahasa indonesia. Minimnya sarana dan prasarana Pendidikan
membuat daerah ini memiliki warga yang belum dapat membaca dan menulis.
Sebagian besar masyarakat yang menetap
di wilayah pelosok terpencil perbatasan Indonesia - Malaysia menghadapi
permasalahan dalam berkomuniskasi dengan Bahasa Indonesia, demikian pengamatan
saya selama tiga bulan menetap disini. Pembangunan pendidikan di daerah ini
perlu di galakkan lebih tinggi lagi.
Desa perbatasan yang terisolir, biasanya memiliki kendala bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia itu dengan lancar. Di antaranya Desa Bergosong kecil. Akses yang ada sangat terbatas. Apabila ingin berkunjung kesana, harus melewati perkebunan sawit, jalan yang rusak dan turun naik selama 1-2 jam. Rata-rata mereka tidak berpendidikan, khususnya para orang tuanya tidak paham bahasa Indonesia, dan dalam berkomunikasi selain menggunakan bahasa daerah, mereka juga lancar menggunakan bahasa Melayu Malaysia.
Desa perbatasan yang terisolir, biasanya memiliki kendala bisa berkomunikasi dengan bahasa Indonesia itu dengan lancar. Di antaranya Desa Bergosong kecil. Akses yang ada sangat terbatas. Apabila ingin berkunjung kesana, harus melewati perkebunan sawit, jalan yang rusak dan turun naik selama 1-2 jam. Rata-rata mereka tidak berpendidikan, khususnya para orang tuanya tidak paham bahasa Indonesia, dan dalam berkomunikasi selain menggunakan bahasa daerah, mereka juga lancar menggunakan bahasa Melayu Malaysia.
Eksistensi bahasa indonesia
di daerah perbatasan ternyata sudah mengalami pergeseran. Keberadaannya saat
ini seolah hanya sebuah tulisan saja, karena pada keadaan yang sebenarnya,
bahasa melayu lah yang mengisi kekosongan ini. Identitas sebagai Bangsa
Indonesia sedang di pertaruhkan di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar