Menjadi seorang pendidik yang bertugas
di pelosok negeri Indonesia memiliki sensasi dan tantangan tersendiri. Tugasnya
tak hanya mengajar disekolah namun lebih dari sekedar mengajar. Sudah tujuh
bulan ini aku dan empat orang rekanku menginjakkan kaki di tanah Borneo. Dalam proses
pengabdian ini ada “beberapa bonus” yang di dapatkan, bonus tersebut tak hanya
berkutat dalam dunia per-GURUan saja, atau tambahan gaji semata. Bonus yang
dimaksud adalah dapat menikmat keindahan alam Indonesia lengkap dengan
budaya-budayanya yang unik.
Siapa yang tidak mengenal Maulid
Nabi??
Dalam masyarakat Bugis Makassar, masih
sangat kental perayaan hari-hari besar Islam dengan nuansa adat kebudayaan suku
Bugis Makassar. Salah satunya adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Semangat
shalawat nabi menggema dimana-mana. Di Indonesia, 12 rabiul awal atau kelahiran Nabi Muhammad SAW ini disambut
begitu meriah oleh mayoritas umat muslim. Islam di Indonesia disebarkan dengan
jalan yang apik, ramah, dan baik bukan menggunakan cara kekerasan atau
konfrontasi sehingga melahirkan bentuk-bentuk asimilasi dan akulturasi dengan budaya
asli Indonesia . Wajar saja jika muslim di bumi pertiwi ini masih kental dengan
tradisi nenek moyangnya, dengan sedikit aura dinamisme maupun animisme-nya. Bedanya setelah islam masuk
pandangan hidup masyarakat Indonesia berubah dan membuat budaya nenek moyang
ini begitu religius.
Berbagai tradisi di seluruh nusantara
memiliki kekhasan dan keunikan masing-masing dalam memperingati hari lahir Nabi
Muhammad SAW. Tanah bugis merayakannya dalam suatu tradisi turun-menurun dari
masa ke masa. Setiap rumah menyiapkan menu makanan untuk dihidangkan kepada
para tetangga atau tamu yang berkunjung dan dibawa ke masjid. Hidangan utamanya
adalah telur rebus lengkap dengan kulitnya yang berwarna kemerahan dan Sokko [dalam bahasa indonesia ketan]. Hidangan
tersebut bukan barang asing bahkan sudah menjadi primadona di kalangan
tertentu. Yang paling unik adalah telur telur tersebut dihias menyerupai pohon
lengkap dengan pernak pernik lainnya. Telur yang digunakan telah masak dan siap
untuk disantap. Untuk versi yang lebih kecil, ibu ibu biasanya akan memasukkan sokko kedalam ember plastik diatasnya
akan diberi hiasan bunga telur, mie maupun hidangan lainnya.
Setelah semua warga berkumpul di
masjid, maka akan dilakukan pembacaan doa diiringi dengan sedikit pesan dari
tokoh agama setempat. Di puncak acara adalah petugas akan berkeliling
membagikan bunga telur yang ada pada pohon-pohon pisang yang telah dihias
dengan telur. Usai acara semua warga akan pulang sambil membawa serangkaian
bunga telur [terkadang berebut].
Maulid Nabi Muhammad SAW di Sekolah Pengabdian bersama Rekan SM-3T
Tidak ada komentar :
Posting Komentar