Kurangnya pembangunan infrastruktur jalan dan fasilitas yang
memadai di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia, ternyata tidak mengubah dan
mengurangi jiwa nasionalisme masyarakat yang tinggal di Pulau Sebatik,
Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Meski Pulau sebatik terbelah menjadi dua, yaitu Pulau Sebatik milik Indonesia dan Pulau Sebatik milik Malaysia, namun tidak ada keinginan bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di Sebatik untuk memilih menjadi Warga Negara Malaysia.
Meski Pulau sebatik terbelah menjadi dua, yaitu Pulau Sebatik milik Indonesia dan Pulau Sebatik milik Malaysia, namun tidak ada keinginan bagi masyarakat Indonesia yang tinggal di Sebatik untuk memilih menjadi Warga Negara Malaysia.
"Walaupun kami berkehidupan serba kekurangan, namun kami tetap menjadi Warga Negara Indonesia. Indonesia merupakan tanah kelahiran kami," ujar Jemma.
Jemma adalah salah seorang warga Sebatik yang memilih unutk tetap
menjadi WNI dan tidak tergiur untuk berpindah kewarganegaraan menjadi Malaysia.
Rumahnya terletak tak jauh dari pos pengamanan perbatasan di Desa Aji Kuning,
Kecamatan Sebatik Tengah.
Jemma yang rumahnya terbelah menjadi dua, yakni ruang tamunya berada di Indonesia dan dapur berada di Malaysia, mengatakan, kurangnya fasilitas yang memadai di Pulau sebatik ini, seperti halnya air bersih. Pasalnya, sebagian besar masyarakat mengandalkan air tadah hujan dan sumur untuk keperluan air minum dan mandi cuci kakus (MCK).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar