Selasa, 08 April 2014

EKSPRESI MAULID NABI SEBATIK



Menjadi seorang pendidik yang bertugas di pelosok negeri Indonesia memiliki sensasi dan tantangan tersendiri. Tugasnya tak hanya mengajar disekolah namun lebih dari sekedar mengajar. Sudah tujuh bulan ini aku dan empat orang rekanku menginjakkan kaki di tanah Borneo. Dalam proses pengabdian ini ada “beberapa bonus” yang di dapatkan, bonus tersebut tak hanya berkutat dalam dunia per-GURUan saja, atau tambahan gaji semata. Bonus yang dimaksud adalah dapat menikmat keindahan alam Indonesia lengkap dengan budaya-budayanya yang unik.



Siapa yang tidak mengenal Maulid Nabi??
 
Dalam masyarakat Bugis Makassar, masih sangat kental perayaan hari-hari besar Islam dengan nuansa adat kebudayaan suku Bugis Makassar. Salah satunya adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Semangat shalawat nabi menggema dimana-mana. Di Indonesia, 12 rabiul awal atau  kelahiran Nabi Muhammad SAW ini disambut begitu meriah oleh mayoritas umat muslim. Islam di Indonesia disebarkan dengan jalan yang apik, ramah, dan baik bukan menggunakan cara kekerasan atau konfrontasi sehingga melahirkan bentuk-bentuk asimilasi dan akulturasi dengan budaya asli Indonesia . Wajar saja jika muslim di bumi pertiwi ini masih kental dengan tradisi nenek moyangnya, dengan sedikit aura dinamisme maupun animisme-nya. Bedanya setelah islam masuk pandangan hidup masyarakat Indonesia berubah dan membuat budaya nenek moyang ini begitu religius.

Berbagai tradisi di seluruh nusantara memiliki kekhasan dan keunikan masing-masing dalam memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Tanah bugis merayakannya dalam suatu tradisi turun-menurun dari masa ke masa. Setiap rumah menyiapkan menu makanan untuk dihidangkan kepada para tetangga atau tamu yang berkunjung dan dibawa ke masjid. Hidangan utamanya adalah telur rebus lengkap dengan kulitnya yang berwarna kemerahan dan Sokko [dalam bahasa indonesia ketan]. Hidangan tersebut bukan barang asing bahkan sudah menjadi primadona di kalangan tertentu. Yang paling unik adalah telur telur tersebut dihias menyerupai pohon lengkap dengan pernak pernik lainnya. Telur yang digunakan telah masak dan siap untuk disantap. Untuk versi yang lebih kecil, ibu ibu biasanya akan memasukkan sokko kedalam ember plastik diatasnya akan diberi hiasan bunga telur, mie maupun hidangan lainnya. 

Setelah semua warga berkumpul di masjid, maka akan dilakukan pembacaan doa diiringi dengan sedikit pesan dari tokoh agama setempat. Di puncak acara adalah petugas akan berkeliling membagikan bunga telur yang ada pada pohon-pohon pisang yang telah dihias dengan telur. Usai acara semua warga akan pulang sambil membawa serangkaian bunga telur [terkadang berebut].

tererengg...inilah hasil dari Maulid Nabi
[kami ber-lima, mendapatkan.......]


Maulid Nabi Muhammad SAW di Sekolah Pengabdian bersama Rekan SM-3T

EUFORIA JANJI DI KAWASAN PERBATASAN




“Dari sabang sampai merauke
berjajar pulau - pulau
Sambung menyambung menjadi satu
itulah indonesia”

Petikan lagu diatas menggambarkan keadaan kondisi geografi Negeri indah nan permai ini. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara maritim yang berada di equatorial line. Indonesia, nama sebuah negara kepulauan yang  memiliki luas 9 juta kilometer persegi, dimana 75% wilayahnya berupa lautan, pulaunya membentang dari ujung utara-selatan, dari bagian paling barat sampai paling timur. Indonesia memiliki garis pantai yang panjangnya mencapai 81 ribu kilometer. Dengan kondisi seperti ini membuktikan bahwa Indonesia adalah sebuah negara Besar.

Secara geografis indonesia terletak dalam posisi yang sangat strategis.
Mengapa demikian?
Indonesia berada di antara benua Asia dan Australia serta diapit oleh dua samudera, pasifik dan Hindia. Sebuah posisi yang sangat menguntungkan yang diberikan oleh ALLAH SWT kepada bangsa yang ber-bhinekka ini.  Konsekuensi letak yang unik ini, indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tak tertandingi oleh negara tropiss lainnya. Sumberdaya yang ada di permukaan tanah berlimpah, bahkan di dalam air atau di dalam tanah sekalipun. Ini juga di dukung oleh sumber daya manusia yang melimpah jumlahnya.

Melihat deskripsi negeri ini, tentu orang akan beranggapan bahwa negeri ini kaya [sesungguhnya memang KAYA], makmur, sejahtera, negeri tanah bertuah dengan segala karunia didalamnya. Tak ada yang salah dengan pemikiran diatas, memang benar Indonesia kaya, dan sebagai warga negara yang baik kita mesti bersyukur atas anugerah yang telah diberikan. Namun jangan berfikir sedangkal itu, justru dengan situasi dan kondisi kompleks ini tantangan dan peluang yang dihadapi bangsa ini juga besar adanya. Hal ini berkaitan erat dengan rumusan konstitusi negeri ini, UUD 1945 alenia ketiga dan keempat.
“...kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negera Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial...”
Petikan UUD 1945 alenia keempat mencerminkan tujuan bangsa Indonesia yang sesungguhnya. Sungguh mulia adanya.

Berkaitan dengan aspek kewilayahan, yang menjadi topik disini adalah bagaimana pemerintah indonesia dapat mewujudkan janjinya sebgaimana tertuang dalam UUD 1945, “ untuk membentuk suatu negara yang besatu, berdaulat, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”. Sebuah tantangan besar yang mesti dihadapi oleh bangsa ini. Cobaan berat mengenai persatuan dan kesatuan wilayah telah menghinggapi indonesia, mulai dari lepasnya timor timur, pulau sipadan dan legitan.

Kawasan perbatasan memiliki nilai dan peran strategis terhadap kedaulatan, keutuhan, dan martabat sebuah negara.  Apabila “Pagar Depan”nya tak mencerminkan kedaulatan, keutuhan dan martabat, bagaimana dengan isi yang ada di dalamnya.  Kawasan perbatasan adalah suatu kawasan yang berbatasan dengan negara lain setelah ditetapkan batasnya melalui kesepakatan/perjanjian antar dua atau  lebih negara yang bertetangga, dimana kawasan perbatasan merupakan tanda berakhirnya kedaulatan suatu negara terhadap wilayah yang dikuasainya.

Republik indonesia berbatasan baik darat, maupun laut dengan sepuluh negara, antara lain berbatasan laut dengan Australia, Filipina, India, Malaysia, Papua Nugini, Palau, Singapura, Timor leste, Thailand, Vietnam,  dan berbatasan darat dengan tiga negara yaitu negara Malaysia, Timor Leste, dan Papua Nugini.

Upaya pembangunan di Kawasan perbatasan ini tergolong lambat, berbeda dengan pembangunan di kawasan pulau Jawa, Sumatera, Bali atau daerah lainnya. Kondisi ini belum signifikan mencerminkan perubahan yang semestinya terjadi. Hal ini membuktikan bahwa kawasan perbatasan Indonesia belum layak disebut sebagai “PAGAR DEPAN” wilayah indonesia.  Hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi pulau yang masih alami, ada yang berupa pulau batu, karang, atau pulau tidak berpenghuni, sehingga aksesbilitas pembangunannya sulit dilakukan. Untuk gambaran kondisi sosial ekonomi, dan budaya yang terjadi di kawasan perbatasan masih tergolong rendah.  

Sebagai informasi, penulis telah tujuh bulan tinggal di Pulau Sebatik, Kalimantan Utara. Salah satu kawasan perbatasan darat dan laut dengan Negeri Sabah, Malaysia. Selama tujuh bulan ini, penulis melakukan pengamatan, adaptasi dengan lingkungan sekitar. Penulis berpandangan bahwa yang paling menghawatirkan adalah perubahan paradigma Ideologi. Perubahan ideologi ini dimungkinkan karena interkasi dengan negeri tetangga, sudah terjalin begitu erat bak pinang dibelah dua. Setiap hari masyarakat pulau sebatik lebih banyak mengkonsumsi bahan makanan dan minuman dari negeri tetangga, lebih sering menonton saluran televisi dan radio Malaysia, jual beli sandang, pangan, dan papan ke wilayah Malaysia . Hal ini dikarenakan aksesbilitas dari dan ke Malaysia lebih mudah, bekerja pun di perusahaan milik malaysia bahkan untuk komunikasi pun menggunkan bahasa Melayu (sabah, malaysia). Hal yang paling mencengangkan adalah penggunaan Ringgit sebagai alat tukar menukar barang yang SAH dan diakui oleh penduduk Sebatik. Uang ringgit adalah hal biasa dan mudah ditemui di kawasan ini, dan masih banyak aspek-aspek lainnya yang lebih berpatokan dengan Negeri Jiran ini bila dibandingkan ke Indonesia.


Jika dibiarkan tanpa perhatian yang serius, bukan tidak mungkin ideologi pancasila akan semakin digerogoti, bukan tak mungkin anak-anak di kawasan perbatasan bisa menyanyikan lagu kebangsaan Malaysia tetapi tak hafal lagu kebangsaan Indonesia “ Indonesia Raya”, sungguh suatu hal yang sangat tak diharapkan, dan penulis pun tak mau hal tersebut terjadi.

Salah satu penyebab terpuruknya kawasan perbatasan Indonesia adalah JANJI pemerintah Indonesia untuk melindungi segenap bangsa indonesia dan sluruh tumpah darah indonesia yang masih sebatas JANJI. Kawasan perbatasan menginginkan janji itu direalisasikan, agar janji tak sebatas janji, atau janji yang akan dilupakan begitu saja. Secara khusus janji pemerintah ini adalah tanggung jawab pemerintah untuk memajukan dan mempercepat oembangunan dan menjadikan kawasan perbatasan ini layak disebut sebagai GARDA TERDEPAN Negeri Indonesia.

Melihat bukti dan fakta yang ada sekaang ini pemerintah belum memiliki keseriusan yang tinggi terhadap Kawasan perbatasan. Kawasan perbatasan masih di-“anak tirikan” dengan daerah lainnya yang berada di pulau Jawa. Penulis berpendapat bahwsanya pemerintah RI masih lemah dalam pemahaman atas konsepsi ruang negara yang dimiliki oleh para pejabat negara ini.

Dan ironisnya adalah kawasan perbatasan seolah olah menerima semua kenyataan pahit yang mereka terima selama ini. Sejauh ini belum ada upaya yang kuat dari kawasan perbatasan untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah agar memenuhi janjinya. Adapun bentuk demonstrasi yang terjadi masih dalam skala kecil, dan kurang mewakili kawasan perbatasan yang lainnya. Anggota DPR, DPRD, dan DPD sebagai wakil rakyat pun terkesan mengumbar janji manis, namun tanpa aksi nyata. Bukankah setiap warganegara dimanapun dia berada ketika disebut sebagai warganegara indonesia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perlakuan dan kehidupan yang layak. Bukan hal ini dijamin dalam UUD 1945, dan itu merupakan bentuk amanah yang seharusnya dilakukan.

Melihat sejarah bahwa indonesia pernah memiliki kerajaan Majapahit, Sriwijaya, Ternate-Tidore dan lainnya sudah memberikan bukti bahwa bangsa Indonesia pernah berjaya dan disegani dengan menguasai dan memanfaatkan potensi kelautan yang dimiliki. Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan perubahan paradigma pembangungan nasional dengan mengoptimalkan potensi yang telah tersedia di negeri maritim ini.

Jangan pernah biarkan kawasan perbatasan ini merana sendiri, tanpa pendamping. Kawasan perbatasan menginginkan aksi nyata dari janji janji pemerintah, jangan biarkan meraka hidup dalam kesabaran tak berbatas; mereka warga negara Indonesia juga yang siap mati membela kejayaan indonesia, jangan sia –siakan mereka. Jangan biarkan garuda dicengkaram oleh harimau malaya yang sedang kelaparan.

Senin, 07 April 2014

LOMBA CERDAS CERMAT 4 PILAR BERBANGSA BERNEGARA 2014

Lomba cerdas cermat 4 pilar berbangsa dan bernegara, LCC 4 pilar begitulah penyebutannya. Sekolah kami berkesempatan untuk mengikutinya. Lomba ini diselenggarakan dalam skala nasional, dan ini merupakan kali pertama sekolah kami mengikuti lomba sejenis. Tingkatan yang mesti dilalui adalah tingkat kabupaten/kota, provinsi dan tingkat nasional di Jakarta. Semoga kami lolos pada tingkat kabupaten.


Sebenarnya aku sudah pernah melihatnya tapi hanya di televisi. Acara ini di siarkan oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI), jadi ada sedikit gambaran tentang perlombaannya. Ini juga pengalaman pertamaku sebagai guru pembimbing lomba Kewarganegaraan. Tak banyak siswa ku yang menyukai PKn sebagai pelajaran favoritnya. Lomba ini menuntut siswa untuk dapat menghafal dalam skala tinggi dan dalam waktu yang singkat.

Tak sepeti lomba cerdas cermat yang lain yang pada umumnya jumlah peserta hanya tiga orang, lomba ini meerikan kesempatan kepada sepuluh orang terbaik yang ada di sekolah untuk berunjuk gigi di depan juri. Untuk kelas X, aku memilih Rahmat, Rubi, Rusni, Makmur, dan Fitriyani. 6 orang lainnya Hamdan, Ashar, Rosita, Risma, dan Ika yang semuanya siswa kelas XI.

Yang dilombakan adalah kecakaan dalam undang-undang serta ketetapan MPR. Ada sedikit rumor yang beredar bahwa yel-yel juga dilombakan. Meskipun itu juga belum pasti ada dalam lomba.
“Yang menjadi fokus lomba adalah Undang-Undang dan Ketetapan  MPR RI, tapi
Kata Pak Hasbi, rekan guru yang turut mendampingi lomba dari SMA Taruna mengatakan bahwa, ada juga lomba yel-yel.
aku berpesan kepada siswaku, “Jadi kalian bersepuluh harus menyanyikan lagu sebelum perlombaan dimulai”,
kataku mantap pada peserta LCC.

Ada yang unik dari pemberitahuan lomba cerdas cermat ini, surat tiba 3 hari sebelum acara lomba dimulai. Waktu yang sudah mepet, dengan persiapan yang kurang mumpuni.  Tak ayal dalam waktu 2 hari, persiapan dikerjar hingga batas maksimum. Aku, Desi Imanuni, relawan guru dari program SM-3T. Hampir dua semester aku mengabdikan diri di sekolah menengah atas ini. Selama disekolahku aku mengampu empat mata pelajaran yang berbeda, geografi, Kewarganegaraan, Sosiologi, dan Seni Budaya. Geografi adalah bidang ilmu yang aku tekuni semasa di bangku kuliah dulu. Namun disini aku diminta untuk membantu berbagi ilmu yang lain.

Sebagai guru kewarganegaraan aku ditunjuk oleh kepala sekolahku, Pak Sudirman sebagai guru pembimbing lomba.
Aku adalah salah satu pengajar kewarganegaraan di sekolah ini. Ada seorang guru lainnya, Bu Nilmalasari. beliau adalah guru kewarganegaraan kelas XI dan XII, sedangkan aku mengakomodir siswa kelas X.

Aku dibantu mb Dev, sapaanku kepada Dievy kartikasari, rekanku disini. Dialah yang membantu membimbing muridku berlatih untuk persiapan lomba ini. Kalau aku sedang mengajar siswa kelas XII bimbingan tambahan UN, maka di yang akna menghandel urusan hafalan UUD dan TAP MPR. Gumawoo mb dev.. ^_^

Untuk lagu yel-yel yang harus dinyanyikan, aku mempercayakannya kepada rubi, siswaku kelas X yang cukup mahir membuat yel-yel. Dia aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka, jadi tak asing baginya lagi untuk merecovery lagu untuk dibuat sebuah lagu peneymangat untuk lomba 4 pilar ini. Yang istimewa dari yel-yel ini adalah lirik-liriknya dihubungkan dengan UUD 1945 dan TAP MPR RI.
“Harus mencerminkan Sebatik, harus ada kata-kata 4 pilar”, kataku pada rubi.
Sambil berguman rubi mencari kata-kata yang tepat untuk dijadikan lirik.
Hal ini kita lakukan agar punya ciri khas yang bisa dibedakan dengan yang lain.

Selama dua hari penuh aku meminta siswa-siswaku untuk turun setiap hari kesekolah. Untuk belajar soal-soal tentang kewarganegaraan, hafalan undang-undang maupun yel-yel. Terkadang belajar di rumah, terkadang di sekolah. Aku akan menjejerkan siswaku dengan formasi 3-4-3. Sebuah formasi unik karena nantinya pas bertanding juga akan seperti itu. Aku rasa formasi seperti ini adalah formasi yang cukup representatif untuk latihan.

Disini aku mengatur strategi, misalnya siapa yang cepat menjawab berada didepan, yang tengah menyimpulkan, yang bagian belakang mencoba memutuskan untuk  didiskusikan. Strategi dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodir siswa dengan baik dan terarah. Disini juga dilakukan latihan yel-yel dengan gerakan-gerakan unik untuk memeriahkannya.

Disini kami belajar bersama, kadang kau melemparkan pertanyaan mereka yang menjawab.
Atau mereka yang saling bertanya dengan teman mereka lainnya.
Bagaimana cara mereka belajar???
Tidak mungkin aku meminta setiap siswa untuk menghafalkan semua isi UUD dan TAP MPR sendirian, apalagi waktu yang ada juga terbatas. Disinilah team work dan rasa solidaritas mereka diuji. Mereka harus mempercayakan materi dengan teman mereka sendiri, karena akan dilakukan pembagian tugas. Aku membagi-bagi UUD yang ada untuk dihafal oleh sepuluh siswaku. Cukup efisien dan efektif. Untuk pasal-pasal yang populer aku menuntut siswaku untuk mengetahuinya, seperti pasal 1, 8, 28, 29, 3, 33, 35, dan 36.
***
 
Sehari sebelum tanggal 16 februari atau hari pemberangkatan aku mendapat pemberitahuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara bahwa lomba ini ditunda sampai waktu yang belum pasti. Pemberitahuan pun ku sampaiakan kepada mereka. Ada yang gembira karena mereka masih bisa belajar kembali dengan waktu yang belum jelas ini, ada yang merasa kecewa, andaikan lombanya tidak jadi.

Setelah menungu dalam ketidakpastian lomba, aku mendapat pemberitahuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara bahwa lomba ini akan digelar pada tanggal 24 februari di Kabupaten Nunukan. Jalan-jalan ke Ibukota kabupaten, kapan lagi kan.. kata mereka. Itulah yang membuat semangat mereka kembali menyala terang.

Acara yang dinanti-nanti tiba, 23 februari kami berangkat ke Nunukan bersama-sama. Sebelum pergi, ada acara pelepasan dan doa. Saat itu ada kepala sekolahku, Pak Dirman, staf guru
cobalah untuk selangkah lebih maju dari yang lain”, pesan bu uni kepada kami.
beliau berpesan seperti itu mengingat ini kali pertama kami mengikuti lomba sejenis.

Perjalanan selama empat hari ini pun menjadi perjalanan terakhir bersama salah seorang guru di sekolah tempat ku mengabdikan diri selama enam bulan terkahir. Pak Januddin, seorang guru sosiologi-bahasa inggris yang telah mengabdikan diri selama 3 tahun akan pindah ke Kota Balikpapan. Beliau turut serta mengantarkan kepergian rombongan menuju dermaga Mantikas, karena esok hari beliau akan berangkat ke Kota Tarakan sebelum menuju Kota Balikpapan.
Tak ayal selama perjalanan anak-anak peserta lomba meneteskan air mata, ada yang bersenandung ria megalunkan nada-nada perpisahan, namun secara hati mereka tak mau berpisah dengan pemuda asal sulawesi ini.

Setiap ada pertemuan pasti akan ada perpisahan. So, kalau tidak mau berpisah, jangan bertemu yaaa... ^_^
Melamun sebentar, sambil terus berfikir
“Apakah nanti ketika aku tak bersama mereka, dan pulang kembali, mereka juga akan bersikap seperti ini”,
 celotehku sendiri. Mungkin ada yang bersedih, mungkin juga tidak atau malah bersikap biasa-biasa saja.
yang jadi pertanyaan adalah, “apakah yang sudah aku berikan selama kami bersama?”
Visiku adalah ingin menjadi guru yang menginspirasi murid-murid ku untuk terus hidup. Hidup membanggakan negeri Indonesia. Semoga saja visi ini dapt terwujud lebih cepat dari perkiraan ku.

Tiba-tiba saja rekanku asal Kebumen, Mb Dev,  bertanya kepada beberapa murid yang ada disampingnya,
“Rusni, kalau kita (guru SM-3T)  pulang, kamu nangis enggak?”,
mendenganr pertanyaan itu, Rusni langsung menjawab, “kalau Rusni nangis ibu..”
pertanyaan itu dilemparkan ke beberapa siswa yang lainnya, sampai beberapa orang jadi tertawa.
semoga awal yang indah ini akan menjadi sejarah hidup yang indah dalam catatan hidupku, aminn.

Kembali ke perjalanan, Setelah hampir 2 jam perjalanan darat membelah pulau Sebatik, tibalah kami di ujung selatan pulau, saatnya untuk mengarungi selat sebatik, menggunakan dua jenis transportasi yang berbeda fikirku dalam hati. Lautan biru, dan ombak yang mulai menyeruak keluar tak mengalahkan semangat kami untuk datang dan memenangkan lomba tersebut. Mengingatkan ku pada semboyan “VINI, VIDI, VICI”. Kami datang untuk menang.

Setelah 30  menit mengarungi lautan biru yang memisahkan pulau Sebatik dan pulau Nunukan, akhirnya kami sampai di dermaga Sungai Jepun, Kabupaten Nunukan. Perjalanan belum selesai karena  masih setengah jam lagi kami harus menuju hotel tempat peserta lainnya berkumpul. Kalu di total-total waktu tempuh dari Sebatik Tengah menuju tempat lomba sekitar 3 jam. Akhirnya sampai juga di hotel Neo Fortuna. Itu adalah hotel yang terletak di jantung kota Nunukan, berada di tempat yang strategis dan ramai. Disanalah peserta Loba cerdas cermat 4 pilar berbangsa dan bernegara dari kabupaten Nunukan berkumpul.

Setelah cek in, sekolah kami mendapat jatah tiga kamar yang berada di lantai tiga hotel ini. Segera setelah mendapat kunci, kami bersiap menuju peraduan masing-masing. Siswa laki-laki, ada Hamdan, Ashar, Makmur, dan Rahmat tidur bersama di kamar nomor 309. Fitri, Rusni, Ika, dan Rubi tidur bersama di kamar nomor 308. Aku sekamar dengan Risma dan Rosita. Belum ada kegiatan untuk hari ini, kecuali malam harinya Technikal Meeting (TM).

Acara pembukaan dilaksanakan di Hall Hotel Neo Fortuna yang terletak di lantai dasar. Pengisi acara adalah petugas dinas terkait. Pembukaan lomba ini dihadiri oleh pejabat Dinas pendidikan, Kabupaten Nunukan dan badan terkait lainnya. Tepat pukul 20.00 WITA acara dimulai, perlombaan ini dibuka oleh bapak Nizaruddin selaku Kepala Dinas Kabupaten Nunukan. Beliau berpesan agar acara dapat berjalan sportif. Hmm.. ini adalah kali kedua saya bertemu dengan Kepala Dinas Kabupaten Nunukan. Riuh tepuk tangan menyambangi aula ini.

Setelah pembukaan selesai dilanjutkan dengan Technikal Meeting. Pengarahan pun dimulai. Selama TM moderator memberikan kesempatan bertanya kepada para pendamping. Ada banyak hal yang ditanyakan, termasuk sistematika lomba, mekanisme pemberian nilai, diskualifikasi, bahkan tentang pertanyaan lomba nantinya. Acara ini selesai pada pukul 22.00 WITA. Selesai dari TM kami pun kembali ke kamar . sebelum tidur kami berkumpul di kamar siswa laki-laki karena kama mereka yang dirasa cukup besar (sepertiny sama ukurannnya dengan kamar kami yang lain, namun kami suka berkumpul di kamar mereka, hehehe ^_^). Di sini kami tak lagi berlatih yel-yel, berdasar pengarahan panitia dan buku pedoman yang ada untuk tahun 2014, yel-yel ditiadakan, sebagai gantinya akan diberikan nilai awal sebesar 50.

Sistematika lomba cerdas cermat 4 pilar berbangsa dan bernegara tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Ada tiga babak, yang diperlombakan, dengan skor awal 50 poin. Penjelasannya sebagai berikut:
Babak pertama adalah soal tematik. Peserta akan diberikan satu soal, dalam waktu 120 detik atau dua menit peserta diharuskan mejawab pertanyaan tersebut. Kesepuluh peserta dapat memberikan jawaban, yang paling enting dalam babak ini adalah efisiensi waktu dan ketepatan jawaban sesuai dengan kata kunci soal yang diberikan. Skor maksimal adalah 50, skor minimum adalah 0.

Babak kedua adalah satu lawan satu. Ada 10 soal yang akan diberikan. Masing-masing perwakilan setiap grup akan menjawab satu pertanyaan, jadi babak kedua adalah babak rebutan. Peserta yang telah maju tidka boleh maju kembali, jadi setiap siswa akan kebagian jatahnya. Skor maksimal adalah 100, karena setiap soal diberi poin 10 apabila tepat menjawabnya. Apabila peserta salah menjawab akan di kurangi nilainya 5.  Di babak inilah setiap siswa bekerja dan berfikir sendiri tanpa bantuan teman-temannya.

Babak ketiga adalah benar-salah. Ada 20 soal yang akan diberikan. Pada babak ini siswa diberikan dua buah bendera yang berbeda warna, Biru dan merah. Bendera biru untuk jawaban benar, dan bendera merah untuk jawaban salah. Poin siswa yang benar akan diakumulasikan menjadi poin kelompok. Apabila peserta menjawab salah, tiadak diberi pengurangan poin. Nilai maksimal adalah 200 poin.

Selesai sudah akau menjelaskan sistematika lomba kepada siswa-siswaku, ada dari mereka yang belum, namun setelah aku jelaskan kembali mereka mengerti dengan aturan yang digunkan dalam lomba. Selanjutnya adalah belajar mengenai soal-soal yang akan diberikan esok hari. Aku masih memberikan beberapa pertanyaan kepada mereka, bisa soal tematik, atau benar salah.

Ada pertanyaan unik yang terus aku lontarkan kepada siswa-siswaku. Sebuah pertanyaan yang membuat orang dilematis menjawabnya.
“apakah boleh lambang negara kita diubah?
Sontak saja muridku menggaruk-garuk kepalanya, ada yang menjawab boleh, ada juga yang tidak. Tapi mereka bingung alasnnya apa. Pasalnya belum pernah ada yang bertanya ini sebelumnya.

Sewaktu belajar di rumah, aku mengatakan bahwa kita tidak boleh mengubah dasar negara kita, dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Karena itu adalah pedoman bangsa Indonesia, jati diri bangsa Indonesia. Kalau itu diubah, maka Negeri indah ini akan kehilangan jati dirinya yang sesungguhnya. Sekarang pertanyaannya adalah lambang negara yang akan diubah. Aku memberikan pertanyaan itu agar mereka memaknai dasar negara, Konstitusi dan TAP MPR yang sedang mereka pelajari.  

 Aku memberikan tambahan pertanyaan yang lain,
“Apakah kita juga boleh mengubah lagu kebangsaan, bahasa nasional, dan juga bendera kita?”
wah.. pertanyaan yang cukup membingungkan untuk dijawab. Apalagi aku meminta mereka untuk memberikan alasan yang logis untuk menjawab pertanyaan itu.
Jawaban siswaku masih sama dengan pertanyaan pertama, ada yang mengatakan boleh, ada juga yang mengatakan tidak boleh.

Kemudian aku menjawabnya, dengan sedikit penjelasan.
“BOLEH, tentu saja boleh kita mengubah lambang negara kita, mengubah lagu kebangsaan, bahasa nasional, dan juga bendera kita”. Sontak saja siswaku rahmat bertanya, “kenapa boleh bu?”
“Alasannya adalah karena lambang negara diatur dalam undang-undang dasar yang bersifat fleksibel, tidak rigid (kaku) dan masih bisa dirubah”.
Owwhhhh..... seruan mereka mendengar jawaban ku. Kompak sekali, seperti koor paduan suara setiap hari sabtu pada upacara penurunan bendera.

Namun, ada satu hal yang mesti kalian tau kataku melanjutkan jawaban soal perubahan lambang negara,
“Tak segampang dan sesederhana itu mengubah lambang negara kita, lagu kebangsaan, bahasa nasional, dan juga bendera kita”.  Teorinya memang gampang merubah, pada prakteknya akan sangat luar biasa pertentangan yang akan terjadi. Contohnya begini, untuk mendapatkan bendera merah putih saja pemuda Indonesia harus mengorbankan diri untuk merobek bendera belanda (Merah-Putih-Biru) yang berkibat di depan hotel yamato, masak setelah darah dan keringat yang dikorbankan lambang negeri ini mau diganti begitu saja.

mereka menganguk tanda setuju. Sekali lagi aku tekankan bahwa TIDAK BOLEH MENGUBAH DASAR NEGARA DENGAN CARA APAPUN, sedangkan untuk lambang bisa dirubah meskipun akan terbentur berbagai macam hal.

***

Keesokan harinya diadakan acara lomba penyisihan. Disini ada 13 peserta lomba dari 13 sekolah yang berbeda. Ada sekolah dari daerah Krayan yang tak mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti lomba. Sekedar info, daerah Krayan adalah wilayah yang terletak di lembah Pegunungan, udaranya sejuk dan ekosistemnya masih alami. Untuk mencapai Kraya hanya dapat menggunakan angkutan udara, karena wilayah ini tak dapat dicapai menggunakan angkutan darat atau laut. Sungguh daerah yang aksesbilitasnya cukup sulit. Tak ayal eksistensi daerah ini kurang begitu baik, alasan lainnya dalah biaya transportasi yang cukup tinggi. Daerah ini menyimpan potensi alam yang luar biasa, namun sekali lagi transportasi adalah kendala utama untuk mencapai daerah ini.

Sebuah gedung milik BKD (badan kepegawaian daerah) disulap menjadi tempat perlombaan, meskipun sederhana namun aku menghargai kerja keras panitia yang telah menyipakan ini semua dengan baik, dan pastinya mereka berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Tempat itu sudah di set sedemikian rupa . Ada tiga meja kecil lengkap dengan lampu, jadi ketika menjawab lampu itu akan menyala. Peserta yang berlomba nantinya akan duduk di kursi yang telah disediakan panitia. Untuk peserta yang belum mendapat giliran maka akan duduk di kursi yang telah disediakan menjadi penonton dan penyemangat bagi yang lainnya.
Regu kami mendapat giliran ke empat, karena pas pengundian aku mencabut urutan regu D (maap yaa anak-anak jadi regu terkahir). Lawan kami adalah SMK St. Gabriel nunukan dan SMAN 1 Sembakung. Kami datang lebih awal untuk memberikan semangat kepada tim lainnya yang sedang bertanding, Sebelum bertanding kami bisa mencatat pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh dewan juri dan menganalisa pertanyaan apa yang kira-kira akan muncul ketika kami tampil.

Tepat pukul 14.00 kami bertanding. Acara selesai pada sore hari. Saat kami bertanding alhamdulillah menang di babak penyisihan. Kami akan masuk ke babak final untuk memperebutkan kesempatan bertanding di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sekolah kami adalah satu-satunya perwakilan sekolah yang berasal dari luar Kota nunukan. Pasalnya peserta pemenang lomba grup adalah adalah SMAN 1 Nunukan (Grup A), SMAN 1 Nunukan Selatan (Grup B), MA Nunukan (Grup C) dan SMAN 1 Sebatik Tengah (Grup D). Lomba final diadakan pada hari selasa karena lomba hari pertama selesai pada sore hari.

Dan lomba babak final pun dimulai. Persaingan terjadi sangat ketat. Apalagi pada saat babak rebutan, sekolah kami berpacu dengan tim yang lain untuk menekan tombol dengan cepat dan juga harus berfikir cepat. Akhirnya pertandingan selesai. Siswaku tak tau berapa nilai mereka karena lyar nilai berada pada sebelah kiri peserta. Mungkin fikiran mereka kalah dengan SMAN 1 nunukan, atau yang lainnya. Aku pun berfikiran sama, karena begitu ketatnya dalam bertanding.
“dan pemenangnya adalah.......”
kata pembawa acara “SMA Negeri 1 Nunukan”. . .
terdengar riuhan dan tepuk tangan yang meriah dari pendukung sekolah tersebut, kami pun merasakan euforia yang terjadi. Kami mendapat juara tiga kabupaten. Alhamdulillah karena ini adalah pengalaman pertama kami di lomba sejenis, dan semoga tahun berikutnya bisa mendapatkan kesempatan masuk di tingkat provinsi, aminnn.


Malamnya sebelum final, aku sempat menelpon bapak Harlan, Camat di Kecamatan Sebatik Tengah.  Aku berupaya agar murid-murid ku bisa belajar bersama dengan petinggi yang ada di daerahku. Beliau ini merupakan sosok yang dapat dijadikan panutan dan bisa memberikan inspirasi bagi pemuda-pemudi bangsa lainnya. Pengetahuan yang luas, mudah bergaul dan sosok yang bisa menempatkan diri sesuai dengan porsinya (menurut saya bapak ini pemimpin yang the best). Beliau adalah alumni Universitas Hasanuddin, Jurusan Hubungan Internasional, pernah mondok juga di Pesantren Modern Gontor, Jawa Timur. Beliau bisa menguasai bahasa indonesia, inggris dan arab dengan baik, tentu bahasa bugis juga yaa ^_^. Pemimpin yang baik, insyaallah bisa membuat Indonesia lebih baik lagi. Dan kami pun ikut terlarut dalam ilmu politik, ketatanegaraan, MPR,  yang disampaikan oleh pimpinan Kecamatan Sebatik Tengah. Tepat pukul 22.30 kami mengakhiri sesi belajar bersama, pertanyaan demi pertanyaan yang dilontarkan dapat dijawab dengan baik oleh beliau. Semoga kami menang dan terimakasih pak sudah mau belajar dengan kami.. Arigato Bapak Harlan ^_^

Ohya, pada saat kejadian lomba ada yang unik. Masih ingat dengan pertanyaan ketika di hotel,
“Apakah dasar negara, lambang negara, lagu kebangsaan, bahasa nasional, dan juga bendera kita dapat diubah”?
Jawabnnya dalah dasar negara tidak dapat diubah dengan cara apapun, sedangkan lambang negara , lagu kebangsaan, bahasa nasional, dan juga bendera kita dapat diubah.
pertanyaan ini muncul ketika babak benar-salah.

Pembawa acara menyebutkan pertanyaan,
“ Dasar negara Indonesia dapat diubah jika MPR, DPR, dan Presiden melakukan sidang istimewa dan menyetujui untuk menetapkan perubahan tersebut, benar atau salah?” kurang lebih pertanyaannya seperti itu.
Kompak sekali muridku mengangkat bendera biru, yang artinya adalah benar.
Duduk di bangku pendamping, aku tersenyum malu. Jawaban yang tepat adalah salah, karena dasar negara tidak dapat diubah dengan cara apapun. Aku tidak marah, namun tersipu malu karena kesepuluh siswa ku mengangkat bendera yang sama, kompak, namun jawabannya salah, dan poinnya adalah 0.. hehehe ^_^

Euforia kemenangan juga kami rasakan, dengan juara tiga, kami dapat membukitkan bahwa siswa Sebatik memiliki kemampuan dan dapat bertanding dengan baik. Perwakilan sebatik, juara tiga, alhamdulillah.

***

Malam harinya kami jalan-jalan ke Pasar baru di Nunukan, letaknya tak jauh dari hotel tempat kami mengibap jadi kami berjalan kaki saja. Sekalian olahraga lahh.. hehehehe
untuk merayakan kemenangan, kami makan bakso dan roti tisu (sejenis roti canai tapi rasanya manis) terlebih dahulu untuk men-charge energi yang telah digunakan seharian tadi. Sesampainya di pasar kami pun berpisah,
“silahkan kalian cari barang-barang yang mau dibeli, yang penting inget yaa, tidak boros dan tidak beli barang yang ndak bermanfaat”, pesan ku kepada siswa-siswaku.
lanjut ya, kalau mau pulang nanti kita ketemu lagi di depan pasar satujam lagi. Begitulah pesanku.
okk buu, sahut mereka bersamaan.

Hmm... juara tiga tingkat kabupaten, tidak buruk juga apalagi ini adalah pengalaman kami pertama dengan persiapan yang hanya satu minggu, menurutku apabila persiapan dilakukan selama satu bulan, kami bisa menang tingkat provinsi. Aminnn.