Lomba cerdas cermat 4 pilar berbangsa
dan bernegara, LCC 4 pilar begitulah penyebutannya. Sekolah kami berkesempatan
untuk mengikutinya. Lomba ini diselenggarakan dalam skala nasional, dan ini
merupakan kali pertama sekolah kami mengikuti lomba sejenis. Tingkatan yang
mesti dilalui adalah tingkat kabupaten/kota, provinsi dan tingkat nasional di
Jakarta. Semoga kami lolos pada tingkat kabupaten.
Sebenarnya aku sudah pernah melihatnya
tapi hanya di televisi. Acara ini di siarkan oleh Televisi Republik Indonesia (TVRI),
jadi ada sedikit gambaran tentang perlombaannya. Ini juga pengalaman pertamaku
sebagai guru pembimbing lomba Kewarganegaraan. Tak banyak siswa ku yang
menyukai PKn sebagai pelajaran favoritnya. Lomba ini menuntut siswa untuk dapat
menghafal dalam skala tinggi dan dalam waktu yang singkat.
Tak sepeti lomba cerdas cermat yang
lain yang pada umumnya jumlah peserta hanya tiga orang, lomba ini meerikan
kesempatan kepada sepuluh orang terbaik yang ada di sekolah untuk berunjuk gigi
di depan juri. Untuk kelas X, aku memilih Rahmat, Rubi, Rusni, Makmur, dan
Fitriyani. 6 orang lainnya Hamdan, Ashar, Rosita, Risma, dan Ika yang semuanya
siswa kelas XI.
Yang dilombakan adalah kecakaan dalam
undang-undang serta ketetapan MPR. Ada sedikit rumor yang beredar bahwa yel-yel
juga dilombakan. Meskipun itu juga belum pasti ada dalam lomba.
“Yang menjadi fokus lomba adalah Undang-Undang dan Ketetapan MPR RI, tapi
Kata Pak Hasbi, rekan guru yang turut
mendampingi lomba dari SMA Taruna mengatakan bahwa, ada juga lomba yel-yel.
aku berpesan kepada siswaku, “Jadi kalian bersepuluh harus menyanyikan lagu
sebelum perlombaan dimulai”,
kataku mantap pada peserta LCC.
Ada yang unik dari pemberitahuan lomba
cerdas cermat ini, surat tiba 3 hari sebelum acara lomba dimulai. Waktu yang
sudah mepet, dengan persiapan yang kurang mumpuni. Tak ayal dalam waktu 2 hari, persiapan
dikerjar hingga batas maksimum. Aku, Desi Imanuni, relawan guru dari program
SM-3T. Hampir dua semester aku mengabdikan diri di sekolah menengah atas ini. Selama
disekolahku aku mengampu empat mata pelajaran yang berbeda, geografi, Kewarganegaraan,
Sosiologi, dan Seni Budaya. Geografi adalah bidang ilmu yang aku tekuni semasa
di bangku kuliah dulu. Namun disini aku diminta untuk membantu berbagi ilmu
yang lain.
Sebagai guru kewarganegaraan aku ditunjuk
oleh kepala sekolahku, Pak Sudirman sebagai guru pembimbing lomba.
Aku adalah salah satu pengajar kewarganegaraan di sekolah ini. Ada seorang guru
lainnya, Bu Nilmalasari. beliau adalah guru kewarganegaraan kelas XI dan XII, sedangkan
aku mengakomodir siswa kelas X.
Aku dibantu mb Dev, sapaanku kepada Dievy
kartikasari, rekanku disini. Dialah yang membantu membimbing muridku berlatih
untuk persiapan lomba ini. Kalau aku sedang mengajar siswa kelas XII bimbingan
tambahan UN, maka di yang akna menghandel urusan hafalan UUD dan TAP MPR. Gumawoo
mb dev.. ^_^
Untuk lagu yel-yel yang harus
dinyanyikan, aku mempercayakannya kepada rubi, siswaku kelas X yang cukup mahir
membuat yel-yel. Dia aktif dalam kegiatan ekstrakulikuler pramuka, jadi tak
asing baginya lagi untuk merecovery
lagu untuk dibuat sebuah lagu peneymangat untuk lomba 4 pilar ini. Yang
istimewa dari yel-yel ini adalah lirik-liriknya dihubungkan dengan UUD 1945 dan
TAP MPR RI.
“Harus mencerminkan Sebatik, harus ada
kata-kata 4 pilar”, kataku pada rubi.
Sambil berguman rubi mencari kata-kata
yang tepat untuk dijadikan lirik.
Hal ini kita lakukan agar punya ciri khas yang bisa dibedakan dengan yang lain.
Selama dua hari penuh aku meminta
siswa-siswaku untuk turun setiap hari kesekolah. Untuk belajar soal-soal
tentang kewarganegaraan, hafalan undang-undang maupun yel-yel. Terkadang
belajar di rumah, terkadang di sekolah. Aku akan menjejerkan siswaku dengan
formasi 3-4-3. Sebuah formasi unik karena nantinya pas bertanding juga akan
seperti itu. Aku rasa formasi seperti ini adalah formasi yang cukup
representatif untuk latihan.
Disini aku mengatur strategi, misalnya
siapa yang cepat menjawab berada didepan, yang tengah menyimpulkan, yang bagian
belakang mencoba memutuskan untuk didiskusikan.
Strategi dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodir siswa dengan
baik dan terarah. Disini juga dilakukan latihan yel-yel dengan gerakan-gerakan
unik untuk memeriahkannya.
Disini kami belajar bersama, kadang
kau melemparkan pertanyaan mereka yang menjawab.
Atau mereka yang saling bertanya dengan teman mereka lainnya.
Bagaimana cara mereka belajar???
Tidak mungkin aku meminta setiap siswa untuk menghafalkan semua isi UUD dan TAP
MPR sendirian, apalagi waktu yang ada juga terbatas. Disinilah team work dan rasa solidaritas mereka
diuji. Mereka harus mempercayakan materi dengan teman mereka sendiri, karena
akan dilakukan pembagian tugas. Aku membagi-bagi UUD yang ada untuk dihafal
oleh sepuluh siswaku. Cukup efisien dan efektif. Untuk pasal-pasal yang populer
aku menuntut siswaku untuk mengetahuinya, seperti pasal 1, 8, 28, 29, 3, 33,
35, dan 36.
***
Sehari sebelum tanggal 16 februari atau
hari pemberangkatan aku mendapat pemberitahuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten
Nunukan, Kalimantan Utara bahwa lomba ini ditunda sampai waktu yang belum
pasti. Pemberitahuan pun ku sampaiakan kepada mereka. Ada yang gembira karena
mereka masih bisa belajar kembali dengan waktu yang belum jelas ini, ada yang
merasa kecewa, andaikan lombanya tidak jadi.
Setelah menungu dalam ketidakpastian
lomba, aku mendapat pemberitahuan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan,
Kalimantan Utara bahwa lomba ini akan digelar pada tanggal 24 februari di
Kabupaten Nunukan. Jalan-jalan ke Ibukota kabupaten, kapan lagi kan.. kata
mereka. Itulah yang membuat semangat mereka kembali menyala terang.
Acara yang dinanti-nanti tiba, 23
februari kami berangkat ke Nunukan bersama-sama. Sebelum pergi, ada acara
pelepasan dan doa. Saat itu ada kepala sekolahku, Pak Dirman, staf guru
“ cobalah
untuk selangkah lebih maju dari yang lain”, pesan bu uni kepada kami.
beliau berpesan seperti itu mengingat
ini kali pertama kami mengikuti lomba sejenis.
Perjalanan selama empat hari ini pun
menjadi perjalanan terakhir bersama salah seorang guru di sekolah tempat ku
mengabdikan diri selama enam bulan terkahir. Pak Januddin, seorang guru
sosiologi-bahasa inggris yang telah mengabdikan diri selama 3 tahun akan pindah
ke Kota Balikpapan. Beliau turut serta mengantarkan kepergian rombongan menuju
dermaga Mantikas, karena esok hari beliau akan berangkat ke Kota Tarakan
sebelum menuju Kota Balikpapan.
Tak ayal selama perjalanan anak-anak peserta lomba meneteskan air mata, ada
yang bersenandung ria megalunkan nada-nada perpisahan, namun secara hati mereka
tak mau berpisah dengan pemuda asal sulawesi
ini.
Setiap ada pertemuan pasti akan ada
perpisahan. So, kalau tidak mau berpisah, jangan bertemu yaaa... ^_^
Melamun sebentar, sambil terus
berfikir
“Apakah nanti ketika aku tak bersama
mereka, dan pulang kembali, mereka juga akan bersikap seperti ini”,
celotehku sendiri. Mungkin ada yang
bersedih, mungkin juga tidak atau malah bersikap biasa-biasa saja.
yang jadi pertanyaan adalah, “apakah yang
sudah aku berikan selama kami bersama?”
Visiku adalah ingin menjadi guru yang menginspirasi murid-murid ku untuk terus hidup.
Hidup membanggakan negeri Indonesia. Semoga saja visi ini dapt terwujud lebih
cepat dari perkiraan ku.
Tiba-tiba saja rekanku asal Kebumen, Mb
Dev, bertanya kepada beberapa murid yang
ada disampingnya,
“Rusni, kalau kita (guru SM-3T) pulang,
kamu nangis enggak?”,
mendenganr pertanyaan itu, Rusni langsung menjawab, “kalau Rusni nangis ibu..”
pertanyaan itu dilemparkan ke beberapa siswa yang lainnya, sampai beberapa
orang jadi tertawa.
semoga awal yang indah ini akan menjadi sejarah hidup yang indah dalam catatan
hidupku, aminn.
Kembali ke perjalanan, Setelah hampir
2 jam perjalanan darat membelah pulau Sebatik, tibalah kami di ujung selatan
pulau, saatnya untuk mengarungi selat sebatik, menggunakan dua jenis transportasi
yang berbeda fikirku dalam hati. Lautan biru, dan ombak yang mulai menyeruak
keluar tak mengalahkan semangat kami untuk datang dan memenangkan lomba
tersebut. Mengingatkan ku pada semboyan “VINI, VIDI, VICI”. Kami datang untuk
menang.
Setelah 30 menit mengarungi lautan biru yang memisahkan
pulau Sebatik dan pulau Nunukan, akhirnya kami sampai di dermaga Sungai Jepun, Kabupaten
Nunukan. Perjalanan belum selesai karena
masih setengah jam lagi kami harus menuju hotel tempat peserta lainnya
berkumpul. Kalu di total-total waktu tempuh dari Sebatik Tengah menuju tempat
lomba sekitar 3 jam. Akhirnya sampai juga di hotel Neo Fortuna. Itu adalah
hotel yang terletak di jantung kota Nunukan, berada di tempat yang strategis
dan ramai. Disanalah peserta Loba cerdas cermat 4 pilar berbangsa dan bernegara
dari kabupaten Nunukan berkumpul.
Setelah cek in, sekolah kami mendapat
jatah tiga kamar yang berada di lantai tiga hotel ini. Segera setelah mendapat
kunci, kami bersiap menuju peraduan masing-masing. Siswa laki-laki, ada Hamdan,
Ashar, Makmur, dan Rahmat tidur bersama di kamar nomor 309. Fitri, Rusni, Ika, dan
Rubi tidur bersama di kamar nomor 308. Aku sekamar dengan Risma dan Rosita. Belum
ada kegiatan untuk hari ini, kecuali malam harinya Technikal Meeting (TM).
Acara pembukaan dilaksanakan di Hall Hotel Neo Fortuna yang terletak di
lantai dasar. Pengisi acara adalah petugas dinas terkait. Pembukaan lomba ini
dihadiri oleh pejabat Dinas pendidikan, Kabupaten Nunukan dan badan terkait
lainnya. Tepat pukul 20.00 WITA acara dimulai, perlombaan ini dibuka oleh bapak
Nizaruddin selaku Kepala Dinas Kabupaten Nunukan. Beliau berpesan agar acara
dapat berjalan sportif. Hmm.. ini adalah kali kedua saya bertemu dengan Kepala
Dinas Kabupaten Nunukan. Riuh tepuk tangan menyambangi aula ini.
Setelah pembukaan selesai dilanjutkan
dengan Technikal Meeting. Pengarahan pun
dimulai. Selama TM moderator memberikan kesempatan bertanya kepada para
pendamping. Ada banyak hal yang ditanyakan, termasuk sistematika lomba,
mekanisme pemberian nilai, diskualifikasi, bahkan tentang pertanyaan lomba
nantinya. Acara ini selesai pada pukul 22.00 WITA. Selesai dari TM kami pun
kembali ke kamar . sebelum tidur kami berkumpul di kamar siswa laki-laki karena
kama mereka yang dirasa cukup besar (sepertiny sama ukurannnya dengan kamar
kami yang lain, namun kami suka berkumpul di kamar mereka, hehehe ^_^). Di sini
kami tak lagi berlatih yel-yel, berdasar pengarahan panitia dan buku pedoman
yang ada untuk tahun 2014, yel-yel ditiadakan, sebagai gantinya akan diberikan
nilai awal sebesar 50.
Sistematika lomba cerdas cermat 4
pilar berbangsa dan bernegara tahun ini berbeda dengan tahun lalu. Ada tiga
babak, yang diperlombakan, dengan skor awal 50 poin. Penjelasannya sebagai
berikut:
Babak pertama adalah soal tematik. Peserta akan diberikan satu soal, dalam
waktu 120 detik atau dua menit peserta diharuskan mejawab pertanyaan tersebut. Kesepuluh
peserta dapat memberikan jawaban, yang paling enting dalam babak ini adalah
efisiensi waktu dan ketepatan jawaban sesuai dengan kata kunci soal yang
diberikan. Skor maksimal adalah 50, skor minimum adalah 0.
Babak kedua adalah satu lawan satu. Ada
10 soal yang akan diberikan. Masing-masing perwakilan setiap grup akan menjawab
satu pertanyaan, jadi babak kedua adalah babak rebutan. Peserta yang telah maju
tidka boleh maju kembali, jadi setiap siswa akan kebagian jatahnya. Skor maksimal
adalah 100, karena setiap soal diberi poin 10 apabila tepat menjawabnya. Apabila
peserta salah menjawab akan di kurangi nilainya 5. Di babak inilah setiap siswa bekerja dan
berfikir sendiri tanpa bantuan teman-temannya.
Babak ketiga adalah benar-salah. Ada 20
soal yang akan diberikan. Pada babak ini siswa diberikan dua buah bendera yang
berbeda warna, Biru dan merah. Bendera biru untuk jawaban benar, dan bendera
merah untuk jawaban salah. Poin siswa yang benar akan diakumulasikan menjadi
poin kelompok. Apabila peserta menjawab salah, tiadak diberi pengurangan poin. Nilai
maksimal adalah 200 poin.
Selesai sudah akau menjelaskan
sistematika lomba kepada siswa-siswaku, ada dari mereka yang belum, namun
setelah aku jelaskan kembali mereka mengerti dengan aturan yang digunkan dalam
lomba. Selanjutnya adalah belajar mengenai soal-soal yang akan diberikan esok
hari. Aku masih memberikan beberapa pertanyaan kepada mereka, bisa soal
tematik, atau benar salah.
Ada pertanyaan unik yang terus aku
lontarkan kepada siswa-siswaku. Sebuah pertanyaan yang membuat orang dilematis
menjawabnya.
“apakah boleh lambang negara kita diubah?
Sontak saja muridku menggaruk-garuk
kepalanya, ada yang menjawab boleh, ada juga yang tidak. Tapi mereka bingung
alasnnya apa. Pasalnya belum pernah ada yang bertanya ini sebelumnya.
Sewaktu belajar di rumah, aku mengatakan bahwa kita tidak boleh mengubah dasar
negara kita, dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Karena itu adalah pedoman
bangsa Indonesia, jati diri bangsa Indonesia. Kalau itu diubah, maka Negeri
indah ini akan kehilangan jati dirinya yang sesungguhnya. Sekarang pertanyaannya
adalah lambang negara yang akan diubah. Aku memberikan pertanyaan itu agar
mereka memaknai dasar negara, Konstitusi dan TAP MPR yang sedang mereka
pelajari.
Aku memberikan tambahan pertanyaan
yang lain,
“Apakah kita juga boleh mengubah lagu kebangsaan, bahasa nasional, dan juga
bendera kita?”
wah.. pertanyaan yang cukup membingungkan untuk dijawab. Apalagi aku meminta
mereka untuk memberikan alasan yang logis untuk menjawab pertanyaan itu.
Jawaban siswaku masih sama dengan
pertanyaan pertama, ada yang mengatakan boleh, ada juga yang mengatakan tidak
boleh.
Kemudian aku menjawabnya, dengan sedikit penjelasan.
“BOLEH, tentu saja boleh kita mengubah lambang negara kita, mengubah lagu
kebangsaan, bahasa nasional, dan juga bendera kita”. Sontak saja siswaku rahmat
bertanya, “kenapa boleh bu?”
“Alasannya adalah karena lambang negara diatur dalam undang-undang dasar yang
bersifat fleksibel, tidak rigid (kaku)
dan masih bisa dirubah”.
Owwhhhh..... seruan mereka mendengar
jawaban ku. Kompak sekali, seperti koor paduan suara setiap hari sabtu pada
upacara penurunan bendera.
Namun, ada satu hal yang mesti kalian
tau kataku melanjutkan jawaban soal perubahan lambang negara,
“Tak segampang dan sesederhana itu mengubah lambang negara kita, lagu
kebangsaan, bahasa nasional, dan juga bendera kita”. Teorinya memang gampang merubah, pada
prakteknya akan sangat luar biasa pertentangan yang akan terjadi. Contohnya begini,
untuk mendapatkan bendera merah putih saja pemuda Indonesia harus mengorbankan
diri untuk merobek bendera belanda (Merah-Putih-Biru) yang berkibat di depan
hotel yamato, masak setelah darah dan keringat yang dikorbankan lambang negeri
ini mau diganti begitu saja.
mereka menganguk tanda setuju. Sekali lagi aku tekankan bahwa TIDAK BOLEH MENGUBAH DASAR NEGARA DENGAN CARA
APAPUN, sedangkan untuk lambang bisa dirubah meskipun akan terbentur
berbagai macam hal.
***
Keesokan harinya diadakan acara lomba
penyisihan. Disini ada 13 peserta lomba dari 13 sekolah yang berbeda. Ada sekolah
dari daerah Krayan yang tak mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti lomba. Sekedar
info, daerah Krayan adalah wilayah yang terletak di lembah Pegunungan, udaranya
sejuk dan ekosistemnya masih alami. Untuk mencapai Kraya hanya dapat
menggunakan angkutan udara, karena wilayah ini tak dapat dicapai menggunakan
angkutan darat atau laut. Sungguh daerah yang aksesbilitasnya cukup sulit. Tak ayal
eksistensi daerah ini kurang begitu baik, alasan lainnya dalah biaya
transportasi yang cukup tinggi. Daerah ini menyimpan potensi alam yang luar
biasa, namun sekali lagi transportasi adalah kendala utama untuk mencapai
daerah ini.
Sebuah gedung milik BKD (badan
kepegawaian daerah) disulap menjadi tempat perlombaan, meskipun sederhana namun
aku menghargai kerja keras panitia yang telah menyipakan ini semua dengan baik,
dan pastinya mereka berusaha memberikan pelayanan yang terbaik. Tempat itu
sudah di set sedemikian rupa . Ada tiga meja kecil lengkap dengan lampu, jadi ketika
menjawab lampu itu akan menyala. Peserta yang berlomba nantinya akan duduk di kursi
yang telah disediakan panitia. Untuk peserta yang belum mendapat giliran maka
akan duduk di kursi yang telah disediakan menjadi penonton dan penyemangat bagi
yang lainnya.
Regu kami mendapat giliran ke empat,
karena pas pengundian aku mencabut urutan regu D (maap yaa anak-anak jadi regu
terkahir). Lawan kami adalah SMK St. Gabriel nunukan dan SMAN 1 Sembakung. Kami
datang lebih awal untuk memberikan semangat kepada tim lainnya yang sedang
bertanding, Sebelum bertanding kami bisa mencatat pertanyaan-pertanyaan yang
dilontarkan oleh dewan juri dan menganalisa pertanyaan apa yang kira-kira akan
muncul ketika kami tampil.
Tepat pukul 14.00 kami bertanding. Acara
selesai pada sore hari. Saat kami bertanding alhamdulillah menang di babak
penyisihan. Kami akan masuk ke babak final untuk memperebutkan kesempatan
bertanding di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sekolah kami adalah
satu-satunya perwakilan sekolah yang berasal dari luar Kota nunukan. Pasalnya peserta
pemenang lomba grup adalah adalah SMAN 1 Nunukan (Grup A), SMAN 1 Nunukan
Selatan (Grup B), MA Nunukan (Grup C) dan SMAN 1 Sebatik Tengah (Grup D). Lomba
final diadakan pada hari selasa karena lomba hari pertama selesai pada sore
hari.
Dan lomba babak final pun dimulai. Persaingan
terjadi sangat ketat. Apalagi pada saat babak rebutan, sekolah kami berpacu
dengan tim yang lain untuk menekan tombol dengan cepat dan juga harus berfikir
cepat. Akhirnya pertandingan selesai. Siswaku tak tau berapa nilai mereka
karena lyar nilai berada pada sebelah kiri peserta. Mungkin fikiran mereka
kalah dengan SMAN 1 nunukan, atau yang lainnya. Aku pun berfikiran sama, karena
begitu ketatnya dalam bertanding.
“dan pemenangnya adalah.......”
kata pembawa acara “SMA Negeri 1 Nunukan”. . .
terdengar riuhan dan tepuk tangan yang meriah dari pendukung sekolah tersebut, kami
pun merasakan euforia yang terjadi. Kami mendapat juara tiga kabupaten. Alhamdulillah
karena ini adalah pengalaman pertama kami di lomba sejenis, dan semoga tahun
berikutnya bisa mendapatkan kesempatan masuk di tingkat provinsi, aminnn.
Malamnya sebelum final, aku sempat
menelpon bapak Harlan, Camat di Kecamatan Sebatik Tengah. Aku berupaya agar murid-murid ku bisa belajar
bersama dengan petinggi yang ada di daerahku. Beliau ini merupakan sosok yang dapat
dijadikan panutan dan bisa memberikan inspirasi bagi pemuda-pemudi bangsa
lainnya. Pengetahuan yang luas, mudah bergaul dan sosok yang bisa menempatkan
diri sesuai dengan porsinya (menurut saya bapak ini pemimpin yang the best). Beliau
adalah alumni Universitas Hasanuddin, Jurusan Hubungan Internasional, pernah
mondok juga di Pesantren Modern Gontor, Jawa Timur. Beliau bisa menguasai
bahasa indonesia, inggris dan arab dengan baik, tentu bahasa bugis juga yaa
^_^. Pemimpin yang baik, insyaallah bisa membuat Indonesia lebih baik lagi. Dan
kami pun ikut terlarut dalam ilmu politik, ketatanegaraan, MPR, yang disampaikan oleh pimpinan Kecamatan Sebatik
Tengah. Tepat pukul 22.30 kami mengakhiri sesi belajar bersama, pertanyaan demi
pertanyaan yang dilontarkan dapat dijawab dengan baik oleh beliau. Semoga kami
menang dan terimakasih pak sudah mau belajar dengan kami.. Arigato Bapak Harlan
^_^
Ohya, pada saat kejadian lomba ada
yang unik. Masih ingat dengan pertanyaan ketika di hotel,
“Apakah dasar negara, lambang negara, lagu kebangsaan, bahasa nasional, dan
juga bendera kita dapat diubah”?
Jawabnnya dalah dasar negara tidak
dapat diubah dengan cara apapun, sedangkan lambang negara , lagu kebangsaan,
bahasa nasional, dan juga bendera kita dapat diubah.
pertanyaan ini muncul ketika babak benar-salah.
Pembawa acara menyebutkan pertanyaan,
“ Dasar negara Indonesia dapat diubah jika MPR, DPR, dan Presiden melakukan
sidang istimewa dan menyetujui untuk menetapkan perubahan tersebut, benar atau
salah?” kurang lebih pertanyaannya seperti itu.
Kompak sekali muridku mengangkat bendera biru, yang artinya adalah benar.
Duduk di bangku pendamping, aku tersenyum malu. Jawaban yang tepat adalah
salah, karena dasar negara tidak dapat diubah dengan cara apapun. Aku tidak
marah, namun tersipu malu karena kesepuluh siswa ku mengangkat bendera yang
sama, kompak, namun jawabannya salah, dan poinnya adalah 0.. hehehe ^_^
Euforia kemenangan juga kami rasakan,
dengan juara tiga, kami dapat membukitkan bahwa siswa Sebatik memiliki kemampuan
dan dapat bertanding dengan baik. Perwakilan sebatik, juara tiga,
alhamdulillah.
***
Malam harinya kami jalan-jalan ke
Pasar baru di Nunukan, letaknya tak jauh dari hotel tempat kami mengibap jadi
kami berjalan kaki saja. Sekalian olahraga lahh.. hehehehe
untuk merayakan kemenangan, kami makan bakso dan roti tisu (sejenis roti canai
tapi rasanya manis) terlebih dahulu untuk men-charge energi yang telah
digunakan seharian tadi. Sesampainya di pasar kami pun berpisah,
“silahkan kalian cari barang-barang yang mau dibeli, yang penting inget yaa,
tidak boros dan tidak beli barang yang ndak bermanfaat”, pesan ku kepada
siswa-siswaku.
lanjut ya, kalau mau pulang nanti kita ketemu lagi di depan pasar satujam lagi.
Begitulah pesanku.
okk buu, sahut mereka bersamaan.
Hmm... juara tiga tingkat kabupaten,
tidak buruk juga apalagi ini adalah pengalaman kami pertama dengan persiapan
yang hanya satu minggu, menurutku apabila persiapan dilakukan selama satu
bulan, kami bisa menang tingkat provinsi. Aminnn.